Kamis, 18 Desember 2008

QUILTING, SENTUHAN INOVASI DAN SENI


Quilt mungkin memang masih kurang familiar di telinga orang-orang Indonesia karena memang kerajinan ini berasal dari Amerika Serikat. Namun, siapa sangka seorang ibu rumah tangga telah menggeluti quilt selama 10 tahun. Ikut suami yang kerap dipindah tugaskan dimanfaatkan betul wanita campuran Arab-India ini untuk memperdalam quilt di negara asal kerajinan ini. Kini bisnisnya kian berkembang dan dia tetap menjaga kualitas quilt bikinannya.

Nisa Hariadi, wanita kelahiran 6 Januari 1969 ini, awalnya hanya ikut-ikutan temannya untuk berbelanja kain-kain untuk kerajinan quilt di sebuah kota di Amerika yakni, Dallas. Pada tahun 1998 saat putri keduanya sudah dapat ditinggal dia memutuskan mengikuti kursus quilt. Setelah privat dengan teman dekatnya, Ibu Tita Adrian Zein, Nisa mampu menguasai 27 pola dasar quilt.

Ide untuk membuat bisnis ini, awalnya dicetuskan suaminya yang mengusulkan untuk mengenalkan quilt di Indonesia. Ide itu pun disambut baik Nisa karena kebetulan Nisa tidak bekerja diluar rumah. Untuk memperkenalkan kerajinan ini, ia rajin ikut pameran-pameran. Usaha Nisa pun membuahkan hasil. Sekarang orang Indonesia mulai mengetahui quilt.

 isa juga membuka kursus quilt dirumahnya di bilangan Cipete, Jakarta Selatan. Mengajar quilt baru dilakoninya tahun 2008 ini karena sekarang lima asisten Nisa dapat mengakomodir orderan yang masuk. Hingga kini muridnya telah mencapai 50 orang yang dibagi dalam beberapa kelas.

TEKNIK DAN KREATIVITAS
Dalam membuat quilt ini, Nisa sangat menjaga kualitas quilt bikinannya yang diberi label Nisa’s quilt. Bahkan, untuk penggunaan benangnya, dia enggan mengganti dengan benang yang lebih murah. Untuk bahan baku kain, Nisa rela berburu ke pasar-pasar kain di Jakarta dan Bandung bahkan hingga ke luar negeri untuk mendapat kain katun 100 % berkualitas baik.

“Dalam pengerjaan quilt, saya menggunakan benang khusus untuk quilt. Tidak diganti dengan benang jahit atau benang astra. Karena saya sudah komit dari pertama saya diajarkan benang quilt sampai kapan pun saya mengajarkan murid saya pakai benang quilt,” tutur ibu dari Khafi dan Kharisa ini. Nisa menggunakan benang khusus quilt yaitu Scott & Clark atau bisa juga DMC.

Quilt memiliki 3 teknik pengerjaan. Yang pertama adalah teknik patchwork. Caranya yaitu memotong kain dengan teknik geometri. Misalnya kain dipotong dengan bentuk kotak-kotak atau segitiga, tapi ukurannya harus sama. Ukuran tersebut juga tidak boleh salah supaya hasilnya bagus. Kemudian, bentuk-bentuk geometri dengan ukuran tertentu dijahit satu sama lain hingga menghasilkan suatu bentuk.

Teknik selanjutnya yaitu Applicate. Teknik ini bentuknya bagus dan cantik. Bisa berbentuk masjid, kupu-kupu, ayam, dan kucing. Teknik yang terakhir adalah paper piecing. Teknik ini caranya adalah harus ada kertas di belakang kainnya, lalu kain tersebut pun ikut dijahit. Setelah selesai disatu-satukan baru lah kertas dibuang sedikit-sedikit.

VARIASI PRODUK DAN HARGA
 isa membuat quilt dalam bentuk selimut, sajadah, sofa cover, dan taplak meja. Barang yang sangat diminati pelanggannya adalah selimut dan sajadah. Sejumlah orang penting kerap memesan quilt pada Nisa. Bahkan, Ibu Negara, Ibu Ani Yudhoyono juga pernah memesan kerajinan quilt pada Nisa.

“Saya menjadi lebih kreatif. Tidak diam aja,” kata Nisa lagi. Kerajinan ini memang menuntut kreativitas dan inovasi. Dimana saja Nisa bisa tiba-tiba mendapat inspirasi. Misalnya, saat tengah bepergian dia mendapat ide membuat sesuatu. Sampai di rumah Nisa langsung membuat desainnya.

 Saat mendesain bentuk, saya ingin cepat-cepat tahu hasilnya seperti apa. Kalau sudah jadi rasanya senang banget,” tutur Nisa saat ditanya tentang kesan-kesannya membuat quilt. Disamping itu, dengan bisnis quilt ini Nisa dapat membantu orang dengan cara membuka lapangan kerja.

Lama pengerjaannya bermacam-macam tergantung tingkat kerumitan dan besarnya. “Biasanya selimut memakan waktu hingga sebulan,” kata Nisa lagi. Saat ini Nisa memiliki 12 karyawan. 5 orang untuk mengerjakan bagian atasnya (top) sedangkan 7 orang lainnya kebagian tugas mengerjakan quiltnya. Pengerjaan quilt 7 karyawannya, dikerjakan di rumah masing-masing karena pengerjaan quilt memakan waktu yang tidak sebentar.

 engenai biaya yang dikeluarkan, lulusan Politeknik ITB ini, mengatakan bahwa modal yang dikeluarkannya tidak langsung besar. Tetapi saat ikut suaminya bertugas keluar negeri, Nisa kerap mengumpulkan buku-buku, kain-kain, penggaris-penggaris yang khusus digunakan untuk membuat quilt. Jadi, saat memulai bisnis ini biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

 isaran harganya bervariasi. Misalnya, sarung bantal Rp200.000, sajadah dibandrol Rp500.000 tapi jika satu set dengan tasnya harganya menjadi Rp700.000. Selimut dihargai mulai Rp2,5 juta-Rp3,5 juta. Tapi, jika patternnya dikombinasi dengan border 3 dimensi, masing-masing item harganya ditambah Rp500.000.

“Alhamdulillah belum pernah dapat complain dari pelanggan,” ujar Nisa dengan senang. Nisa tidak pernah mendapat complain karena kualitas quilt produksinya sangat baik. Bahan bakunya pun dicari yang terbaik. Apalagi pelanggan bebas memilih motif, warna, dan kain. Sehingga bisa disesuaikan dengan selera pelanggan.

Perawatannya pun tidak terlalu sulit. Bila paduan warnanya tidak terlalu bermacam-macam bisa di dry clean. Namun, bila paduan warnanya cukup bermacam-macam disarankan untuk laundry karena di tempat tersebut selalu memakai obat anti luntur. (Anisa Saptari)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

aku sangat suka kerajinan quilt